Cari Blog Ini

Senin, 28 Maret 2011

Cara Daur Ulang kertas




Implementasi Total Quality Managemen




Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. . Ekspektasi yang tinggi bagi semua siswa dalam mem pelajari bahan pelajaran pada level yang lebih tinggi. (3). Menghargai dan mendorong implementasi praktik pembelajaran yang baik, sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. (4). Pertukaran Pelajar Sekolah AI Regional (RMU/ Regional Management Unit) dan implementasi motor ,sedangkan yang masih dalam proses sebanyak 498 unit sehingga total Pengembangan dan Implementasi TQM pada Sistem Layanan Akademik. Jurnal Ilmu Pendidikan. Februari, Jilid 9, Nomor l:hlm.79-80. Aliyah, A. Rasjid. 1995. Profil Motivasi Karyawan ]KIP Yogyakarta. Abstrak Hasil Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Manajemen Peningkatan Mutu dalam Suplemen 2 Pelatihan Kepala Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Depdikbud. Murgatoyd, Stephen dan Morgan, Collin. Total Quality Management and the School. Buckingham: Open University Press. Dan pengertian mutu yang relative ini kemudian digunakan dalam Total Quality Management. Awalnya Total Quality Management (TQM) diterapkan di dunia bisnis namun akhir-akhir ini mulai diadopsi dan diterapkan dalam dunia pendidikan, Total Quality Management (TQM), TQM dalam pendidikan, implementasi TQM Total Quality) dan manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management). kepela sekolah IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT. SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN SEKOLAH DASAR UNGGULAN. Ditulis oleh : Nanang Heryanto, S.Pd.I. (Ketua KKG Gugus IV Lakbok). Derasnya arus globalisasi akan membawa dampak kepada berbagai aspek kehidupan . Penerapan TQM dalam berbagai bidang pada dasarnya adalah untuk menciptakan sebuah peningkatan dan perubahan dalam produktivitas kinerja personal. Dalam hal ini, Nanang Fattah ( 2004 : 120 ) menyatakan bahwa TQM adalah suatu pendekatan berjudul “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di Sekolah 1994:2) dalam buku Syafarudin (2002: 35 ) dikatakan bahwa Total qulity management ANALISI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 DALAM MENUNJANG TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA DIVISI INFRATEL DI PT. ZONGKO 15. ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN PADA PROSES TRANSAKSI DI PT. ZONGKO. 16. STUDI TENTANG PENERAPAN PLANT LAYOUT PADA PT. ZONGKO 18. ANALISA USULAN IMPLEMENTASI 5S (SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU, SHITSUKE) DI BENGKEL PERBAIKAN PADA ZONGKO 19. EVALUASI TENTANG WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ZONGKO MUNAWIR , MUNAWIR (2005) IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INSTITUT INDONESIA KUTOHARJO. Thesis thesis, Universitas Muhammadiyah Mulyadi ihsan Saya dilahirkan di Samarinda 44 tahun yang lalu. Sejak kecil saya dikenal anak yang gemuk dan imut imut Lihat profil lengkapkuC. Total quality manajement merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. . D. Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah. Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. dan Staf dalam Implementasi Mutu Terpadu (TQM) o disebut juga Total Quality Management kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah Banjar –; Implementasi Kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Di Kab. Dati Ii Ende (Sk : Kab. Dati Ii Ende) –; Studi Banding Impelementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Antara Smkn Dan Smk Swasta –; Pengaruh Pengelolaan Layanan Madrasah Aliyah Ali Maksum Bantul Dalam Perspektif Total Quality Management (Tqm) (Tinjauan Terhadap Pelanggan Internal) –; Kultur Sekolah Dan Kinerja Siswa Di Man Iii Yogyakarta –; Evaluasi Pelaksanaan Program Kelompok Berlatih 60 management gems : applying management wisdom in life pintar mind map utk anak agar anak pintar di sekolah civic education : antara realitas politik & implementasiMulai dari peningkatan kualitas pendidikan pra sekolah, dasar, menengah sampai dengan perguruan timggi. Salah satu upaya yang dewasa ini sedang disosialisasikan dan dianggap tepat adalah melalui Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu . Sedangkan Total Quality Management dalam pendidikan telah dinyatakan oleh Sallis, bahwa “Total Quality Management is about creating a quality culture where the aim of every member of staff is to delight their customer, IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI SEKOLAH Total Quality Management (TQM). Dalam rangka meningkatkan kemajuan sekolah, setidaknya implementasi TQM ini Dosenfipumacid Archive Dr H Achmad Supriyanto MPd MSi. 28 Implementasi Total Quality Management TQM Dalam Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan Jurnal Ilmu Sosial IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM SEKOLAH (1) peran pemimpin berdasarkan konsep Peranan pemimpin dalam Total Quality Management (TQM) sangat penting MULYONO , YAMTO (2006) IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN(SMK) NEGERI 6 SURAKARTA (Studi Kasus di SMK Negeri 6 Surakarta Yang Telah Bersertifikat ISO 9001-2000). . TRIPUTRA, AGUS PANCA ( 2006) Kemandirian Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo 04 Kabupaten Semarang. Thesis thesis, . CHIBTIYAH, CHIBTIYAH (2006) KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN KERJA Pengaruh Implementasi Total Quality Management (TQM) Terhadap Budaya Kualitas (Studi pada PT. Har - Kumpulan skripsi dari berbagai jurusan. dan Hardjosoedarmo (2005:91), bahwa implementasi TQM dapat merubah orientasi budaya suatu organisasi menuju budaya kualitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi organisasi. Menurut Metri (2005:65) dalam implementasi. TQM, budaya lebih berperan daripada yang lainnya, oleh karena itu budaya kualitas

Dikutip Dari: http://www.2lisan.com/read/implementasi+total+quality+management+(tqm)+dalam+sekolah

Minggu, 19 Desember 2010

Ms. Publisher


Pertemuan ke-1
Ms. Publisher adalah salah satu program yang dapat digunakan untuk desain Web. Pada program ini begitu banyak fitur-fitur yang mendukung dan dapat digunakan untuk membuat Web supaya terlihat lebih cantik dan menarik.

Untuk memulai Ms. Publisher, perhatikan gambar 1.1 berikut:





Dari gambar 1.1 tersebut, apa yang dapat anda simpulkan dan apa kendala anda dalam melakukan langkah-langkah tersebut?

Gambar 1.2 tampilan awal Ms. Publisher


Dari gambar 1.2, apa yang anda lihat dan apa yang belum anda pahami?

 

Selasa, 07 Desember 2010

Jawabanqu

1. Memahami filsafat sebagai salah satu fondasi dalam pengembangan system pendidikan merupakan “condition sin que non” bagi ilmuan maupun profesinal bidang pendidikan. Beri tanggapan atas pernyataan itu! Jawab dengan realitas proses pendidikan atau pembelajaran dapat memperjelas tanggapan saudara.
Jawab:
Filsafat memandang berbagai hal dan salah satunya adalah Modernitas. Modernitas sama halnya dengan kemoderenan. Kemoderenan di Barat dimulai pada periode Renaisans sebagai awal perkembangan sains dan teknologi, atau perkembangan wawasan humanisme yang meletakkan manusia hanya sebatas kebumian (earthly man). Modernisme hadir sebagai respons atas perkembangan zaman, sekaligus bentuk resistensi terhadap situasi keagamaan khas Abad Pertengahan, yang dipandang memberangus potensi utama kemanusiaan, yakni kebebasan nalar atau rasionalitas dalam segala segi kehidupan.
Van Gennep, menyebutkan ada beberapa ciri dalam proyek modernitas yaitu: Pertama, proses sejarah dipandang sebagai sesuatu yang progresif, diukur atas dasar penalaran, artinya mereka yang tidak rasional adalah terbelakang. Kedua, individu dan bukan masyarakat adalah sebagai penentu perubahan, agent of change. Ketiga, proses mengetahui adalah proses abstraksi. Keempat, adanya pemisahan antara subjek-objek, khas pandangan Cartesian. Apa yang diupayakan dan menjadi karakter kemodernan seperti di atas, dengan cukup telak membuat runtuh langit sakral yang menjadi naungan para teolog dan filsuf Abad Pertengahan.
Pembahasan dan kritik terhadap modernitas banyak diulas oleh para filsuf-posmodernis maupun para tradisionalis. Dan tentunya ini tidak terfokus kepada kritik tersebut, tapi akan menggali bagaimana filsafat perenial atau tradisi terus berkembang dan digali. Hal ini mempunyai ketergantungan dengan adanya peran cendikiawan atau ilmuan.
Intelektual atau Cendekiawan pada dasarnya merupakan bagiandari ilmuwan pada umumnya hal yang membedakan antara intelektual ataucendekiawan dan ilmuwan terletak pada produk ragammasalah yangdihasilkan. Jika ilmuwan menghasilkan ilmu atas pemasalahandan mencaritujuan praktis serta moralis yang sesuai dengan realisme maka intelektual ataucendekiawan sebaliknya, ia menaruh perhatian yang tulus, mendalam dan luasterhadap masalah-masalah sosial-budaya masyarakat dimana ia berada.
Dalam catatan sejarah, bahwasanya ilmuwan memiliki beberapa ciri yang ditunjukkan oleh cara berfikir yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuwan. Mereka memilih bidang keilmuan sebagai profesi. Untuk ituyang bersangkutan harus tunduk di bawah wibawa ilmu. Karena ilmu merupakan alat yang paling mampu dalam mencari dan mengetahui kebenaran, Ini dapat dikenali lewat paradigma maupun pola sikap senyatanya dalam kehidupan sosial, yang merupakan penjelmaan prinsip-prinsip ilmiah. Seorang ilmuwan tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya kritis tinggi atau pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua itu ialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu dimana manusia dan kehidupan itu harus menjadi pilihan juga sekaligus junjungan utama.
Ilmuwan merupakan orang yang menemukan masalah spesifik dalam ilmu. Salah satu syarat utama dalam hubungan antara ilmuwan dengan masalah keilmuan tidak lain hanyalah, seorang ilmuwan harus memiliki ciri, sikap dan tanggung jawab. Akan tetapi disini seorang ilmuwa harus jugamemiliki peran atau pun fungsi. Tiga peran ilmuwan dalam segi kegiatan yaitu: (1) SebagaiIntektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap mempertahankan dialognya yang kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatu keterlibatan yang intens if dans ens itif. (2) Sebagai Ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis dan keterbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keahliannya. (3) SebagaiTeknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrument yang tersedia dalam disiplin yang dikuasainya. Ilmuan juga harus memiliki karekteristik seorang professional.
“Professional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya. Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh misalnya sebutan “guru professional” adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan “guru professional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dengan demikian, sebutan “profesional’’ didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa: “professional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain”.
Adapun ciri-ciri professional adalah sebagai berikut: (1) Profesional senang menyelami sebuah proses, sedangkan amatiran gemar menghindari sebuah proses. (2) Profesional selalu memeriksa dan mengetahui apa yang diperlukan dan diinginkannya. (3) Profesional selalu fokus dan berkepala dingin. (4) Profesional tidak membiarkan kesalahan berlalu, namun menjadikannya sebuah pelajaran. (5) Profesional senang untuk terjun ke pekerjaan yang sulit. (6) Profesional selalu berpikiran positif. (7) Profesional senang menghadap orang lain. (8) Profesional adalah orang yang antusias, penuh semangat, interest, contentment. (9) Profesional adalah orang yang tahan banting hingga tujuan tercapai. (10) Profesional akan berbuat lebih dari apa yang diharapkan. (11) Profesiobal akan menghasilkan produk yang berkualitas.



2. Dalam menyiapkan peserta didik memahami kompleksitas dalam tantangan global, perlu dikembangkan system pendidikan berwawasan multicultural. Bagaimana pendapat saudara tentang pernyataan itu? Uraikan dengan contoh akan sangat membantu klarifikasi jawaban saudara
Jawab:
Berdasarkan UU Sindiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD Negara RI 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia, dan tanggap terhadap runtutan perubahan zaman. Selain UU Sindikna No. 20 tahun 2003 dan UUD RI 1945 ada pula UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang dapat dikatakan sebagai landasan pendidikan.
Dunia pendidikan akan menuntun kita ke arah perubahan, perubahan tersebut terangkum di berbagai bidang, baik sosial, ekonomi maupun politik. Seorang tokoh filsuf yang hidup 500 tahun sebelum Masehi, Heraclites mengatakan bahwa segala sesuatu dapat berubah kecuali hukum perubahan. Diibaratkan batu yang dijatuhkan ke sungai tidak akan mengalami kondisi yang sama. Aliran sungai yang mengalir deras membuat partikel-partikel yang ada di sungai setiap detik selalu berubah. Demikian pula dengan kehidupan manusia, hidup ini mengalir seperti aliran sungai tersebut yang selalu diwarnai dengan berbagai perubahan. Perubahan politik, sosial dan teknologi telah mengubah tatanan pola hidup kita.
Salah satu sorotan di dunia modern saat ini adalah kemajuan teknologi. Teknologi yang berkembang pesat membuat organisasi dan individu-individu yang ada didalamnya harus selalu bergerak dinamis. Gelombang kemajuan teknologi harus disikapi dengan perubahan dalam bentuk organisasi dan peningkatan kapabilitas para pegawainya.
Kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi membuat dunia semakin terintegrasi sehingga batas negara semakin kabur. Tidak hanya aliran modal yang begitu mudahnya masuk dan keluar suatu negara, pekerjaanpun juga dapat ditransfer ke negara lain. Kesemuanya itu diselesaikan melalui alat-alat canggih yang dikenal dengan nama “internet”. Melalui media serat-serat optik dan bantuan satelit pekerjaan lintas negara dapat dengan mudah diselesaikan. Negara yang sadar akan pentingnya Informasi teknologi seperti India telah memetik banyak keuntungan dari bisnis ini. Bahkan bisnis IT telah memberikan sumbangan signifikan bagi ekspor India. Kemajuan tekonologi informasi terbukti mampu membuka ruang kesempatan bagi pihak-pihak yang jeli memanfaatkan ini. Kondisi ini telah mendorong Thomas L Friedman mengibatkan the world is flat sebagai wujud dari globalisasi tingkat 3 yang mengibaratkan setiap pihak pada playing field yang sama dengan kecenderungan dunia dalam segi budaya yang semakin menyatu.
Cultural atau budaya adalah definisi yang sangat disalah pahami dan disalah gunakan, sehingga kebutuhan untuk penjelasan. Budaya mengacu pada Cara Kehidupan, tetapi tidak terbatas pada: (1) Bahasa: lembaga manusia tertua dan paling canggih medium ekspresi. (2) Seni & Ilmu: yang maju dan halus kebanyakan bentuk ekspresi manusia. (3) Pemikiran: cara-cara di mana orang melihat, menafsirkan, dan memahami dunia di sekitar mereka. (4) Spiritualitas: sistem nilai ditularkan melalui generasi untuk kesejahteraan batin manusia, diekspresikan melalui bahasa dan tindakan. (5) Kegiatan Sosial: dalam pengejaran bersama dalam sebuah komunitas budaya, ditunjukkan dalam berbagai festival dan kehidupan-merayakan peristiwa. (6) Interaksi: aspek sosial dari kontak manusia, termasuk memberi dan menerima sosialisasi, negosiasi, protokol, dan konvensi.
Multikultur berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsusi Suparlan (2002), akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Sementara itu, Komarudin Hidayat (2004) menyatakan bahwa istilah multicultural tidak hanya merujuk pada kenyataan social antropologis adanya pluraritas kelompok etnis, bahasa, dan agama yang berkembang di Indonesia tetapi juga mengasumsikan sebuah sikap demokratis dan egaliter untuk bisa menerima keanekaragaman.
Menurut hemat penulis, multikultul harus di sikapi dengan positif. Karena dengan demikian kita dapat menyaring berbagai budaya yang ada melalui media pendidikan. Contoh yang nyata dalam proses multikultur yaitu “Internet”. Untuk itu sebaiknya proaktif mencari informasi yang sejelas-jelasnya mengenai perubahan yang terjadi di organisasi. Kalau misi perubahan membawa ke arah organisasi ke depan lebih baik tentu kita harus dukung. Caranya kita harus secara mental harus selalu siap untuk menghadapi setiap perubahan dan meningkatkan profesionalisme dalam bekerja. Harus disadari bahwa organisasi yang sukses adalah organisasi yang dipenuhi oleh karyawan-karayawan yang berjiwa kreatif dan inovatif. Terkait dengan kemajuan teknologi yang mau tidak mau akan membawa perubahan kita dalam cara bekerja menuntut kita untuk selalu dinamis dalam bekerja.
Tentu kita tidak bisa menggantungkan bahwa ”one fit for all”, satu cara yang dipilih dalam menyelesaikan semua masalah. Harus ada penyesuaian pada setiap kasus tergantung pada jenis permasalahan dan situasi yang dihadapi. Namun kalau semua itu bisa dialaksanakan dengan baik, kita akan menyongsong masa depan lebih baik.

3. Landasaan psikologi menunjukan bahwa pada dasaarnya anak terlahir jenius. Bagaimana pendapat saudara tentang pandangan itu? Mengapa pada akhirnya anak-anak yang dilahirkan jenius itu menjadi berbeda satu dengan yang lainnya?
Jawab
Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, psikologi sering diterjemahkan menjadi ilmu jiwa. Yakni dari kata Psyche yang berarti jiwa, roh dan logos yang berarti ilmu. Menurut beliau, terjemahan tersebut kurang tepat, karena bertitik-tolak dari pandangan dualism manusia yang menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua bagia yaitu jasmani dan rohani. Pandangan yang demikian adalah keliru. Psikologi adalah ilmu yang ingin mempelajari manusia. Manusia sebagai suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Manusia sebagai individu. R. S. Woodworth memberi batasan tentang psikologi sebagai berikut: “Psychology can be defined as the science of the activities of the individual” (Psikologi Pendidikan 1990 : 1)
Istilah inteligensi yang padanan katanya “Kecerdasan” walaupun sepintas lalu kelihatan jelas, rupanya tidak semudah dirumuskan, karena tidak semua orang atau bahkan setiap ahli menyatakan hal yang sama untuk istilah tersebut. Umpamanya, ada dua orang yang berbeda, yakni seorang Profesor (Guru besar) suatu perguruan tinggi dan seorang pengemudi truk. Bisakah kedua orang tersebut memperlihatkan prilaku “Pandai”? bisa saja kita menganggap bahwa mereka dapat melakukannya. Sang Profesor dapat berbicara dengan “Pandai”, sedangkan pengemudi truk mungkin seseorang pengemudi yang juga “Pandai”. Apakah karenanya mereka dapat dianggap memiliki “kecerdasan” yang sama? Barang kali orang-orang akan merasa bahwa Profesorla yang lebih pandai dari pada pengemudi truk. Jika anggapan orang-orang itu demikian, perilaku manakah dalam diri Profesor tersebut yang memperlihatkan kepada kita bahwa dia lebih pandai?
Contoh lainnya, apakah maksud bila orang berkata, “Zul lebih pintar dari pada Nova”? guru, orang tua, bahkan anak-anak sediri acapkali membuat pernyataan seperti ini dengan penuh keyakinan. Jadi, kualitas apakah yang terdapat pada individu sehingga orang dapat mengatakan “Zul lebih pandai dari pada Nova”, atau seperti pada contoh pertama “Profesor lebih pandai dari pada pengemudi truk”? untuk membahas pernyataan-pernyataan tersebut di atas ada baiknya kita lihat cirri-ciri tingkah laku atau perilaku intelligent.
Menurut Ngalim Purwanto. Dikatakan, suatu perbuatan dapat dianggap inteligen, bila memenuhi syarat antara lai (Purwanto, 1998:54-55): (1) Masalah yang dihadapi, sedikit banyak merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan. (2) Perbuatan Inteligen, sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. (3) Masalah yang dihadapi harus mengandung tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan. (4) Keterangan pemecahannya harus dapat di terima oleh masyarakat. (5) Perbuatan inteligen sering kali menggunakan daya mengabstraksikan. (6) Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan. (7) Membutuhkan pemusatan perhatian dan menhindarkan perasaan yang menggangu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.




Sedangkan menurut Effendi & Praja (1993), beberapa cirri tingkah laku yang Inteligen ialah sebagai berikut:
a. Purposeful behavior yaitu: tingkah laku yang inteligen, selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
b. Organizet behavior yaitu: tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan alat-alat yang diperlukan dalam suatu koordinasi atau tidak acak-acak.
c. Phycal well toned behavior yaitu: memiliki sikap jasmaniah yang baik penuh tenaga dan tangkas atau lincah.
d. Adaptable behavior yaitu: tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
e. Success oriented behavior yaitu: tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah dan penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
f. Clearly motivated behavior yaitu: tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhan dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
g. Rapid behavior yaitu: tingkah laku yang efisien, efektif dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat
h. Broad behavior yaitu: tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.

Dari uraian kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa inteligensi akan dapat disandang jika memenuhi karekteristik-karekteristik berrikut ini: (1) Mempunyai daya imajinasi yang kuat. (2) Mempunyai inisiatif. (3) Mempunyai minat yang luas. (4) Bebas dalam berpikir (tidak lambat atau terhambat). (5) Bersifat selalu ingin tahu. (6) Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. (7) Percaya pada diri sendiri (8) Penuh semangat / Energetic. (9) Berani mengambil resiko atau tidak takut membuat kesalahan.

4. Ujian Nasional menunjukan disparitas hasil dari sudut pandang landasan sosiologis, mengapa disparitas itu terjadi? Uraikan dengan contoh hasil ujian Nasional akan dapat memperjelas jawaban saudara..!
Jawab
Disparitas artinya perbedaan, jadi disparitas hasil ujian nasional artinya perbedaan hasil ujian nasional yang diperoleh siswa. Hal tersebut jika dilihat dari segi sosiologi banyak sekali faktor yang mempengaruhi perolehan hasil ujian nasional siswa. Ruang lingkup sosiologis pendidikan, Bookover dalam Natawidjaja (2007:81) mengemukakan adanya empat ruang lingkup pokok bahasan yaitu: (1) hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain. (2) hubungan sekolah dengan komunitas sekitar (2) hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan (3) pengaruh sekolah terhadap anak didik.
Pada akhirnya sosiologi pendidikan mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana sebaliknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat baik pada level nasional maupun lokal.
NILAI UJIAN NASIONAL SMP/MTS TAHUN 2006/2007
No Kota/Kabupaten Peserta Tdk Lulus % Bin Ing Mat Total
1 Palembang 2753 74 0,33 7,72 7,83 7,83 23,38
2 Lubuk Linggau 3036 3 0,10 7,44 7,95 7,76 23,15
3 Prabumulih 2053 19 0,93 7,28 7,22 7,31 21,81
4 Oku 4134 31 0,75 7,39 6,90 7,19 21,48
8 Ogan Ilir 2982 14 0,47 7,38 7,03 7,00 21,41
9 Muara Enim 7445 64 0,86 7,48 6,69 6,91 21,08
10 Musi Rawas 4801 30 0,62 7,13 6,73 7,08 20,94
11 Musi Banyuasin 5129 32 0,62 7,24 6,74 6,86 20,84
12 Oki 5529 32 0,62 7,44 6,52 6,83 20,79
13 Banyuasin 5681 35 0,58 7,28 6,43 6,87 20,58
(Sumber: Disampaikan Pada mata kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan)
Elin Driana, ahli evaluasi dan penelitian pendidikan, menjelaskan, validasi sebuah tes tergantung dari tujuan dibuatnya tes itu. Menurut dia, tujuan UN dan SNMPTN jelas berbeda. Menurut Elin, dari hasil kajian PTN itu bisa didalami lebih jauh soal pelaksanaan UN selama ini. Jika hasil UN memang mencerminkan kemampuan siswa sesungguhnya, siswa juga cukup siap menghadapi tes seleksi. ”Kita mendengar pada UN itu banyak kecurangan. Pemerintah selalu bilang enggak, tetapi suara dari guru dan siswa sebaliknya. Bisa jadi korelasi yang sangat rendah ini juga mengarah pada kredibilitas UN yang masih harus dibuktikan lagi,” kata Elin. Sebab, pelaksanaan SNMPTN relatif jauh dari kecurangan. Masyarakat bisa menilai dan lebih percaya bahwa hasil tes SNMPTN akan lebih menggambarkan kemampuan yang sebenarnya dari siswa.
Erlin menambahkan, dari kajian literatur yang dilakukannya di Amerika Serikat, ternyata prestasi anak di sekolah lebih menggambarkan keberhasilannya di kampus daripada hasil tes SAT (Scholastic Aptitude Test). ”Nilai sekolah itu kan bervariasi. Ada guru yang pelit memberi nilai, ada yang royal. Tetapi, siswa yang berprestasi di sekolah terlihat IPK-nya pada tahun pertama bagus. Kenapa tidak soal kelulusan siswa itu diserahkan pada penilaian sekolah,” kata Elin yang juga salah satu Koordinator Education Forum. Priyo Suprobo, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yang juga Koordinator Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SNMPTN 2010, mengatakan, UN sebenarnya tidak diperlukan untuk kelulusan siswa. Yang penting adalah hasil UN itu diperkuat untuk memetakan kondisi sekolah-sekolah. ”Yang tahu betul kemampuan siswa itu, ya guru. Bukan BSNP dan komputer. Malah lebih baik pakai ujian sekolah,” ujar Priyo. Menurut dia, pemerintah dan BSNP mesti berani untuk membuka ke masyarakat mana daerah putih, hitam, atau abu-abu dari hasil UN. Sebab, nilai UN yang tinggi masih dipertanyakan kredibilitasnya.
Menyikapi paragraph di atas, ”Kalau mau tetap dipakai untuk seleksi, soal UN harus diubah seperti dalam SNMPTN. Namun, apakah pemerintah siap jika nanti banyak siswa yang tidak lulus. Sebab, pemerintah cuma fokus pada banyak siswa yang lulus. Bukan bagaimana membenahi supaya pembelajaran di SMA/SMK membuat siswa siap untuk kuliah atau bekerja,” Masukan dari PTN itu seharusnya membuka pemikiran pemerintah yang keliru soal UN. Tidak bisa UN bersifat multifungsi, lalu berharap mutu pendidikan meningkat drastis. Pelaksanaan UN itu justru menghukum anak-anak yang tidak mendapat hak-haknya. Mereka yang mendapatkan layanan pendidikan terbatas divonis dengan kebijakan UN yang memutuskan dia lulus atau tidak.


Referensi:
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2005. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:PT Mizan Pustaka

Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Grasindo.

Natawidjaja, Rochman.dkk.2007.Rujukan Filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan.Bandung:UPI

Waspodo. 2008. Cultural Foundation of Education. Diktat mata kuliah landasan dan problematika pendidikan. Disampaikan pada tanggal 1 September 2008.

Rahmawati, Yuvitar. 2008. Landasan-landasan pendidikan. http://yuvitarbog.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 November 2008.

Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV. PUSTAKA SETIA

Sukarjo. M, Komarudin Ukim. 2009. Landasan Pendidikan; Konsep dan aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

UU Sindiknas No. 20 tahun 2003 dan UU No. 14 Tahun 2005

Pra Proposal Tesis

Pengembangan Sistem Penilaian Terpadu Dengan Menggunakan Media Excel Dalam Peningkatan Mutu Evaluasi Nilai Raport Terhadap Efisiensi Kinerja Guru Bidang Study Pada SMA Negeri I Abab Kec. Abab Kab. Muara Enim
Oleh :
Edi Eswandi
NIM. 20102513052

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah karena tantangan yang lebih besar dengan adanya arus globalisasi di segala bidang kehidupan. Globalisasi sebagai dampak dari revolusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengakibatkan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan.
Perubahan yang paling cepat dirasakan adalah perubahan ekonomi dan pengetahuan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat digunakan dalam berbagai disiplin Ilmu, termasuk di dunia pendidikan. Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan saat ini sudah tidak bisa ditawar lagi karena telah menyatu dengan perkembangan setiap aktivitas kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Demikian halnya guru sebagai tenaga profesional, harus mampu mengimbangi laju perubahan tersebut.
Sikap yang harus direfleksikan oleh guru di antaranya melalui apresiasi, inovasi, dan kreasi untuk memanfaatkan TIK seperti yang dinyatakan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi Guru. Berdasarkan hasil monitoring, supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan RSKM/KTSP, ditemukan bahwa pemanfaatan TIK (baik hardware maupun software) oleh guru di satuan pendidikan masih amat terbatas. TIK lebih banyak dimanfaatkan terbatas pada fungsi administratif. Pemanfaatannya sebagai media atau alat bantu pembelajaran dan penilaian masih belum tereksplorasi secara mendalam, apalagi pemanfaatan berbagai fasilitas dan aplikasi yang ada. Salah satunya belum optimal pemanfaatan Microsoft Excel (Ms excel) aplikasi bagian dari Microsoft Office dalam penilaian. Pemanfaatan aplikasi ini dimungkinkan akan membantu efisiensi kinerja Guru.
Efisiensi kerja akan berimbas pada penerapan standar mutu. Penerapan standar mutu meliputi dua kegiatan utama. Pertama, Menetapkan Kreteria Mutu yang menjadi target program. Kedua, mengukur mutu dengan memakai medi excel terpadu yang sesuai untuk mengetahui kinerja proses dan hasil. Caranya dengan membandingkan kondisi nyata sebelum adanya program berproses dengan setelah adanya program berproses.
Penerapan standar sebagai upaya meningkatkan mutu dan meningkatkan penjaminan mutu sewajarnya berimplikasi terhadap mutu pencatatan, tertipengolahan, dan tertib dokumentasi data. Meningkatnya usaha penjaminan mutu perlu diikuti dengan semakin transparannya target mutu, alat ukur pencapaian target, pelaksanaan pengukuran, pengolahan data hasil pengukuran, penafsiran data, analisis tindak lanjut, dan juga dokumentasinya. Berdasarkan beberapa konsep tadi, penelitian di awali dengan merancang program penilaian berbasis TIK dengan media Excel. Selanjutnya penelitian ini berjudul “Pengembangan Sistem Penilaian Terpadu Dengan Menggunakan Media Excel Dalam Peningkatan Mutu Evaluasi Nilai Raport Terhadap Efisiensi Kinerja Guru Bidang Study Pada SMA Negeri I Abab Kec. Abab Kab. Muara Enim”
Berkenaan dengan judul penelitian tersebut, yang menjadi Obyek menelitan adalah SMA Negeri 1 Abab, sedangkan Guru Bidang Study menjadi Subyek penelitian. Dimana dewan Guru yang yang berada di lingkungan SMA Negeri 1 Abab sebanyak 55% telah mempunyai perangkat TIK (Laptop).

1.2 Rumusan Masalah
Menilik latar belakang tadi, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Adakah pengaruh pengembangan penilaian menggunakan media Excel terpadu dengan efisiensi kinerja Guru bidang study?
b. Adakah pengaruh Efisiensi kerja Guru bidang study dengan mutu penilaian nilai raport?
c. Adakah hubungan antara Pengembangan Penilaian menggunakan media Excel terpadu dan efisiensi kinerja Guru bidang Study dengan mutu penilaian nilai raport?
d. Adakah pengaruh pemanfaatan media Excel terpadu dengan efisiensi kinerja Guru dan mutu penilaian nilai raport?

1.3 Tujuan Penelitian
Merujuk dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui pengaruh pengembangan penilaian menggunakan media Excel terpadu terhadap efisiensi kinerja Guru bidang study di SMA Negeri 1 Abab.
b. Untuk Mengetahui pengaruh Efisiensi kerja Guru bidang study terhadap mutu penilaian nilai raport di SMA Negeri 1 Abab.
c. Untuk mengetahui hubungan antara Pengembangan Penilaian menggunakan media Excel terpadu dan efisiensi kinerja Guru bidang Study dengan mutu penilaian nilai raport di SMA Negeri 1 Abab
d. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan media Excel terpadu terhadap efisiensi kinerja Guru dan mutu penilaian nilai raport di SMA Negeri 1 Abab.

1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan akan bermanfaat secara teoritis, praktis yang mencakup; Guru, Mahasiswa program Teknologi Pendidikan khususnya dan Mahasiswa FKIP pada umumnya serta bagi peneliti secara pribadi. Manfaat yang diharapkan tersebut akan di uraikan sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literature teori-teori pembuatan makalah-makalah dan karya tulis lainnya yang berkenaan dengan pemanfaatan media excel untuk penilaian.
b. Secara praktis
1) Bagi guru
Dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan nilai yang objektivitas dengan penggunaan waktu yang efektik dan efisien dalam pengolahan nilai, sehingga dapat mengumpulkan nilai raport sesuai dengan scadul yang telah ditentukan.
2) Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan dengan pemanfaatan media excel untuk penilaian kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan,
3) Bagi peneliti
Dengan melakukan penelitian ini diharapakan peneliti mampu berkreasi dalam pembuatan program penilaian dengan menggunakan media excel terpadu sehingga dapat meminimalisir penggunaan waktu dalam membuat nilai peserta didik dan yang takkala penting, penelitian ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar akademik M.Pd pada PPS UNSRI Palembang.



II. Tinjauan Pustaka
2.1 Media Excel
a. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti Antara. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Dalam hal ini media berfungsi sebagai sarana pengolah atau penyampai informasi.
Menurut AECT, yang dikutif oleh Hamzah dalam bukukunya Teknologi Informasi dan Komunikasi Pembelajaran (2010:121) Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Dari pandangan tersebut, disimpulkan bahwa media adalah berbagai macam peralatan baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) yang dapat digunakan untuk mengolah dan menyampaikan informasi dari hasil olahan tersebut sehingga dapat di mengerti isi atau makna dari pesan yang di sampaikan.
b. Media Excel
Excel merupakan perangkat lunak yang tergabung dalam program MS Office dan biasanya digunakan untuk pengolahan data angka (numeric). Excel terdiri dari beberapa sheet, dalam keadaan normal Excel mempunyai tiga sheet. Namun, sheet-sheet tersebut dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Sebelum penjelasan lebih jauh mengenai Excel, ada baiknya diulas terlebi dahulu hal-hal yang terkait dalam Ms. Excel. Adapun pengulasan tersebut sebagai beikut:
1) Memulai Ms. Excel

Gambar 2.1 (Tampilan Awal Excel 2007)
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa untuk memulai program Ms Excel adalah sebagai berikut:
a) Klik “Start”
b) Sorot “Program”, dikuti dengan menyorot “Microsoft Office” dan “Ms. Excel 2007”
c) Klik Ms. Excel 2007
d) Tunggu hingga jendela (windows) excel tampil sempurna seperti gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 (Tampilan Ms. Excel)
2) Perintah-perintah dasar Ms. Excel
Berikut ini fungsi tombol-tombol keyboard yang ada pada program Ms. Excel:
a) Page up berfungsi untuk mengerakan satu layar ke atas
b) Page down berfungsi untuk bergerak satu layar ke bawah
c) Alt + Page Up berfungsi untuk bergerak satu layar ke kiri
d) Alt + Page Down berfungsi untuk bergerak satu layar ke kanan
e) Ctrl + Home berfungsi untuk bergerak ke cell pertama (A1) pada work book yang aktif
f) Ctrl + End berfungsi untuk bergerak ke cell terakhir yang digunakan
g) Shift + Tab berfungsi untuk bergerak satu cell ke kiri
h) Enter berfungsi untuk bergerak satu cell ke bawah
i) Tab berfungsi untuk bergerak satu cell ke kanan
j) Shift + Enter berfungsi untuk bergerak satu cell ke atas
k) Ctrl + Page Up berfungsi untuk bergerak satu sheet ke kiri
l) Ctrl + Page Down berfungsi untuk bergerak satu sheet ke kanan. (Triastuti yuli, 2009:14)
3) Menambah atau Mengurangi Sheet

Gambar 2.3 (cara menamba sheet)

Terlihat pada gambar 2.3 bahwa langkah untuk menambah Worksheet baru adalah sebagai berikut:
a) Klik kanan mouse pada sheet
b) Klik “Insert”


Gambar 2.3 (cara menghapus sheet)

Terlihat pada gambar 2.4 bahwa langkah untuk menambah Worksheet baru adalah sebagai berikut:
a) Klik kanan mouse pada sheet
b) Klik “Delate”

4) Rumus (Fungsi logika)
a) Fungsi SUM yaitu untuk menjumlahkan sekumpulan data pada suatu range
b) Fungsi AVARAGE yaitu untuk mencari nilai rata-rata dari sekumpulan dari (range).
c) Fungsi IF yaitu untuk menganalisa data dalam suatu kondisi tertentu, dimana kondisi tersebut terdiri dari dua atau lebih kondisi yang dianalisa.
d) Fungsi MAX yaitu : untuk mencari nilai tertinggi dari sekumpulan data (range)
e) Fungsi MIN yaitu : untuk mencari nilai terrendah dari sekumpulan data (range)
f) Fungsi LEFT yaitu : untuk mengambil karekter pada bagian sebelah kiri dari suatu teks.
g) Fungsi MID yaitu: untuk mengambil sebagain karekter bagian tengah dari suatu teks
h) Fungsi RIGHT yaitu: untuk mengambil karekter pada bagian sebelah kanan dari suatu teks
i) Fungsi HLOOKUP yaitu: untuk membaca suatu table secara horizontal
j) Fungsi VLOOKUP yaitu untuk membaca suatu table secara vertical. (Triastuti Yuli, 2009: 59-62)

Dari uraian-uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa Media Ms. Excel adalah salah satu media dalam bentuk perangkat lunak (software) yang digunakan untuk operasional pengolahan data berupa angka yang terdapat pada barisan Microsoft Office seingga informasi yang disampaikan cepat dan akurat serta meningkatkan efisiensi kerja.



2.2 Penilaian Hasil Belajar (Evaluasi)
a. Hasil belajar
Menurut Robert Gagne (1974) yang dikutif oleh Djiwandono, bahwa meninjau hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa dan juga meninjau proses beljar menuju ke hasil belajar dan langkah-langkah intruksional yang dapat di ambil oleh guru dalam membantu siswa dalam belajar. Menurut Gagne, hasil belajar dimaksudkan dalam lima kategori. Adapun kategori tersebut seperti tampak pada table 2.1 berikut:

Tabel 2.1
Lima Kategori Hasil Belajar

Karegori Hasil Belajar Tujuan instruksional khusu
1. Informasi Verbal Menyatakan tentang perubahan UUD sementara menjadi UUD ‘45

2. Kemahiran Intlektual Menunjukan bagaimana melakukan berikutnya

a. Diskriminasi Membedakan antara b’s, dan d’s
b. Konsep Kongkret Relasi tempat di antara benda-benda seperti “di atas”, “di bawah”

c. Konsep yang didefinisikan Mengklasifikasikan kota dengan menggunakan definisi

d. Kaidah (rule) Mendemonstrasikan air akan membeku pada tempat yang bersuhu 0 derajat celcius

e. Prinsi (higher rule) Menerapkan hukum untuk meramalkan jatuhnya hujan dengan memberikan situassi tempat dan daerah

3. Pengaturan kegiatan kongnitif Memulai rencana kerja untuk mengatur malam kesenian

4. Sikap Memilih berenang sebagai latihan yang paling disukai

5. Keterampilan Motorik Mengendarai mobil
Sumber: Djiwandono, 217-218



b. Penilaian (Evaluasi)
Evaluasi meliputi kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bersama dengan pertanggungjawaban berdasarkan kreteria tertentu. Ini meliputi kreteria internal dan eksternal. (Djiwandono, 2002:213)
Dalam pengevaluasian, paktor yang termasuk dalam karekteristik penilaian dalam penentuan nilai raport adalah ditinjau dari segi Kongnitif, afektif dan psikomotorik.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menggariskan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip normatif sebagai beriku:
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminan kemampuan yang diukur
2) Objektif, berati penilaian didasarkan pada prosedur dan kreteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat, istiadat, status sosial ekonomi dan gender.
Menggunakan prinsip-prinsip dasar teknis sebagai berikut:
1) Terpadu, yaitu penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran
2) Terbuka, yaitu prosedur penilaian, kreteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan
3) Menyeluruh dan berkesinambungan, yaitu penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik
4) Sistematis, yaitu penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku
5) Beracuan criteria, yaitu penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang diterapkan
6) Akuntabel, yaitu Penilaian dapat dipertangungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
2.3 Efisiensi Kerja
Sebelum mengulas tentang efisiensi kerja, ada baiknya kita menyimak secara seksama kutipan cerita yang di ambil dari situs www.ngakak.org sebagai berikut:
Seorang Pria masuk kesebuah rumah makan dan duduk di satu-satunya meja yang tersisa. Setelah duduk, dia memanggil pelayan dengan cara mengetuk-ngetuk sendok di meja. Seorang pelayan mendekat kemudian mengeluarkan sebuah sendok dari kantong celananya dan meletakkanya dimeja. Pria tersebut tergaket-kaget dan bertanya “Apa semua pelayan disini membawa sendok di dalam kantong celana mereka kayak kamu?” Pelayan itu menjawab, “Ya”. Karena sejak seorang ahli dalam bidang efisiensi kerja datang kesini, dia menemukan bahwa 65% dari tamu kami menggunakan sendok utuk memanggil pelayan. Dengan membawa sendok bersih kemanapun kami pergi, kami duda menghemat waktu karena tidak perlu lagi balik kedapu”.
Mencermati kutipan cerita diatas, dapat simpulkan bahwa efisiensi kerja adalah penghematan waktu atau tepat dalam menggunakan waktu. Efisien juga mengandung makna tidak bertele-tele dalam menyelsaikan suatu tugas tanpa melakukan pemborosan waktu. Sehingga waktu yang lainnya dapat digunakan untuk mengerjakan kegiatan yang lainnya.
Pada dasarnya pengertian efektifitas yang umum menunjukan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapati hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output
Istilah efektif (effektive) dan efisien (efficient) merupakan dua isitilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya mencapai tujuan suatu organisasi. Tentang arti efektif maupun efisien terdapat beberapa pendapat.
Disamping itu, menurut Chester Barnard, dalam Kebijakan Kinerja Karyawaan (Prawiroseentono, 1999:28) pengertian efektif dan efisien dikaitkan dengan system kerjasama seperti dalam organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan, sebagai berikut: “effectiveness of cooperative effort relates to accomplishment of an objective of system and it is determined with a view to the system’s requirement. The efficiency of a cooperative system is the resultant of the efficiency of the individuals furnishing the constituent effort, that is as viewed by them”. (efektifitas dari usaha kerjasama (antar individu) berhubungan dengan pelaksanaan yang dapat mencapai suatu tujuan dalam suatu system, dan hal itu ditentukan dengan suatu pandangan dapat memenuhi kebutuhan system itu sendiri. Sedangkan efesiensi dari suatu kerjasama dalam suatu system (antar individu) adalah hasil gabungan efisiensi dari upaya yang di pilih masing-masing individu).
Secara sederhan, dapat dikatakan bahwa efektifitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan dan tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan utnuk itu.

III. Metodelogi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Development Reaserch (penelitian dan pengembagan atau R&D). Dimana sugiyono (2008:407) mendefenisikan bahwa Reaserch and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan perduk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas sehingga diperlukan pengujian keefektifan produk tersebut.
Menurut Walker dan Bresler (Zulkardi, 31 Desember 2004), penelitian pengembangan adalah suatu penelitian yang dilakukan dalam suatu konteks pengembangan produk atau pengembangan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan atau meningkatkan kemampuan pengembang itu sendiri. Dalam penelitian ini akan menghasilkan produk program penilaian terpadu dengan menggunakan media excel, dimana akan membantu kegiatan guru bidang study dalam menganalisis hasil ulangan sehingga dapat menentukan nilai raport tepat pada waktunya. System ini dirancang dengan menggunakan data sekali input.
Menurut Flagg (Zulkardi, 31 Desember 2004), terdapat empat langkah dalam penelitian pengembangan antara lain:
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan terfokus pada analisis pada beberapa aspek yaitu analisis karakteristik siswa, analisis masalah, identifikasi kompetensi yang akan dicapai, perumusan tujuan, urutan pembelajaran.
b. Pengembangan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah pemilihan jenis bahan ajar, penyiapan materi pelajaran, pengembangan materi ajar dan perangkat evaluasi.
c. Produksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan terfokus pada evaluasi formatif dengan evaluator adalah pakar atau ahli materi untuk memvalidasi materi yang terdapat dalam pengembangan materi ajar. Setelah divalidasi oleh ahli materi, kemudian bahan ajar di revisi sesuai dengan saran dan masukan ahli materi. Kemudian akan diadakan validasi melalui evaluasi oleh siswa yang sederajat dengan sampel penelitian secara satu per satu, setelah divalidasi akan diadakan revisi. Langkah selanjunya juga diadakan validasi oleh sekelompok siswa kemudian diadakan revisi. Setelah direvisi akan diadakan uji lapangan.
d. Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap uji coba lapangan dari bahan ajar telah direvisi.
2. Populasi dan Sampel
Dalam Sugiyono (2008:117-118) populasi merupakan wilayah generalisasi yang teridiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan diberlakukan untuk polpulasi sehingga sampel harus betul-betul representatif (mewakili).
Dari defenisi tersebut, yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru bidang study SMA se-kecamatan Abab. Oleh karena SMA yang ada di kecamatan Abab tidak dimungkinkan untuk diteliti semua maka akan ditarik sampel yang diharpkan representatif. Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling dan teknik sampling purposive. Dimana teknik snowball sampling ini adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar dan teknik sampling purposive adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Pada tahap ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan wawancara di SMA Negeri 1 abab.
b. Tes
Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil dari pembuatan program penilaian terpadu dengan mneggunakan media Excel. Dimana sebelum melakukan tes ini, guru diberi bimbingan mengenai penggunaan program.
c. Angket
Angket digunakan sebagai bukti tertulis, untuk mengetahui persepsi/sikap guru yang menggunakan media ini. Apakh membantu dalam mempecepat atau malah memperlambat sistem penilaian dengan catatan sesuai dengan sistem dan prosedur dalam penilaian.

4. Analisi Data
Dalam menganalisis data angket beberapa variabel sebagai berikut: Sikap guru terhadap hasil pengembangan program penilaian dan proses penggunaan program tersebut. masing-masing pertanyaan diukur dengan pernyataan positif yang akan dinilai oleh subjek melalui alternatif jawaban ”Ya” dan ”Tidak” kemudian dihitung persentasenya dan dibandingkan masing-masing jawaban. untuk menganalisa jawaban dari setiap pertanyaan angket akan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

Dimana: P = persentase nilai yang dicari untuk setiap jawaban
f = frekuensi jawaban
n = jumlah sampel dalam penelitian
(Sudjana, 2001:129)










DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian dan Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Zulkardi. 2002. Development Research. www.geocities/zulkardi/DR.html. Diakses pada tanggal 3 November 2010.
www.ngkak.org. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010.
Prawirosentono. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Jakarta: PT Elek Media Kompetindo
Yuli Triastuti. 2007. Step by step pembukuan UKM dengan MS. Excel 2007. Jakarta : Cakrawala
Tim Divisi Penelitian dan Pengembangan Maccoms-Madiun. 2007. Microsoft Excel 2007 Mengoptimalkan Fasilitas dan Fungsi Otomatisasi Pengolahan Data. Madiun: Andi
Sri Esti Wuryati Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan edisi revisi. Jakarta : Grasindo
Hanzah B. Uno, Nina Lematengo. 2010. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.